Tak semua pelanggan UMKM adalah digital native. Banyak dari mereka adalah orang tua, pelanggan senior, atau bahkan mitra usaha tradisional yang baru belajar digital. Sayangnya, banyak website bisnis kecil justru terlalu rumit, padat informasi, atau tampil terlalu modern tanpa mempertimbangkan kenyamanan pengguna dari berbagai usia. Padahal, jika website UMKM mudah dipakai oleh semua kalangan, peluang konversi pun meningkat drastis. Lalu, bagaimana cara membuat website UMKM yang benar-benar ramah untuk semua umur?
Prioritaskan Tampilan yang Sederhana dan Familiar
Desain minimalis bukan berarti membosankan. Justru tampilan bersih dengan navigasi jelas membantu semua pengguna memahami informasi dengan cepat. Hindari penggunaan terlalu banyak elemen animasi, warna mencolok, atau tata letak yang rumit. Buat menu navigasi yang langsung bisa dipahami, seperti “Tentang Kami,” “Produk,” “Cara Pesan,” dan “Kontak.”
Pilih font yang besar dan mudah dibaca. Warna teks kontras dengan background sangat penting, terutama bagi pengguna berusia lanjut. Banyak pengguna senior yang merasa frustasi jika harus memperbesar layar hanya untuk membaca deskripsi produk. Jika perlu, sediakan opsi pengaturan ukuran teks untuk fleksibilitas.
Optimalkan Versi Mobile dengan Sentuhan Lebih Besar dan Navigasi Intuitif
Sebagian besar pengguna kini mengakses website lewat ponsel. Namun, yang sering terlupakan pengguna lansia atau orang tua sering kesulitan menekan tombol yang terlalu kecil atau teks yang terlalu rapat.
Gunakan ukuran tombol yang besar, beri ruang antar elemen, dan hindari dropdown yang terlalu kompleks. Pastikan tombol “Beli,” “Pesan Sekarang,” atau “Hubungi” selalu terlihat jelas tanpa harus scroll terlalu jauh. Situs yang mudah digunakan tidak hanya disukai Google, tapi juga memudahkan semua generasi dalam membeli.
Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Akrab
Copywriting di website Anda sebaiknya tidak terlalu teknis atau penuh jargon. Tulis dengan gaya bahasa yang bersahabat dan langsung ke intinya. Hindari kata-kata asing yang bisa membingungkan pelanggan yang tidak terbiasa dengan istilah digital.
Contoh: alih-alih menulis “Check out via payment gateway kami,” cukup tulis “Bayar langsung lewat transfer atau e-wallet.” Sampaikan informasi seolah Anda sedang berbicara langsung dengan pelanggan dari berbagai latar belakang.
Sediakan Panduan atau FAQ yang Membantu Tanpa Ribet
Banyak UMKM lupa bahwa pelanggan baru sering kebingungan dalam proses pemesanan. Maka penting sekali menyediakan halaman FAQ (pertanyaan umum) atau bahkan video panduan singkat.
Anda bisa menampilkan tutorial “Cara Belanja di Website Kami” dalam bentuk infografis atau video berdurasi 1–2 menit. Ini sangat membantu pelanggan yang tidak familiar dengan transaksi online, tanpa membuat mereka merasa bodoh. Website bukan hanya etalase, tapi juga pendamping yang sabar.
Tes Langsung ke Berbagai Kelompok Usia Sebelum Diluncurkan
Jangan hanya mengandalkan insting atau desain yang menurut Anda keren. Cobalah minta beberapa pengguna dari rentang usia berbeda untuk mencoba website Anda. Apakah mereka bisa menemukan produk dengan mudah? Apakah mereka tahu cara memesan tanpa bertanya?
Feedback dari kelompok pengguna yang beragam membantu Anda mengidentifikasi bagian-bagian yang membingungkan. Dan perubahan kecil dari hasil observasi ini bisa memberikan dampak besar pada pengalaman pengguna.
Kesimpulan
Website UMKM yang baik adalah website yang inklusif mudah dipahami, ramah pengguna, dan tidak membuat pelanggan merasa terintimidasi. Dengan desain sederhana, bahasa yang bersahabat, serta navigasi yang intuitif, Anda bisa menjangkau pelanggan dari berbagai generasi.
Kalau Anda ingin membangun website yang mudah digunakan oleh siapa pun, dari anak muda sampai orang tua, Webklik siap membantu. Kami tidak hanya membuat website yang estetis, tapi juga fungsional untuk semua kalangan. Coba langsung di https://webklik.id/.