CTA (Call To Action) adalah ujung tombak konversi. Ia bisa berupa tombol, link, atau ajakan langsung yang mendorong pengunjung untuk bertindak: membeli, mendaftar, menghubungi, atau sekadar membaca lebih lanjut.
Namun, kenyataannya… banyak CTA terasa terlalu agresif.
Tombol yang muncul terlalu cepat. Ajakan beli yang muncul sebelum orang paham apa yang ditawarkan. Atau CTA yang sama muncul lima kali dalam satu halaman.
Ini membuat pengunjung defensif—alih-alih merasa tertarik, mereka merasa ditekan.
Lalu, bagaimana cara membuat CTA yang kuat tapi tetap terasa alami?
Pastikan CTA Muncul Setelah Memberi Nilai
Jangan buru-buru minta pengunjung untuk membeli. Berikan dulu informasi, edukasi, atau manfaat yang relevan sebelum mengarahkan mereka pada CTA.
Contoh:
- Setelah menjelaskan fitur produk → baru ajak untuk mencoba gratis
- Setelah menampilkan testimoni → baru arahkan ke formulir kontak
CTA yang muncul setelah value terasa lebih masuk akal dan alami.
Gunakan Bahasa Emosional yang Relevan
Ganti CTA seperti:
“Klik di Sini”
atau
“Beli Sekarang”
Menjadi:
“Mulai Uji Coba Gratis Hari Ini”
“Temukan Solusi Bisnismu Sekarang”
“Buktikan Sendiri Mudahnya Digitalisasi”
Gunakan bahasa yang bicara pada kebutuhan atau keinginan pengunjung. Semakin spesifik dan emosional, semakin kuat daya tariknya.
Jangan Tampilkan CTA Utama Terlalu Cepat
Pop-up CTA atau formulir yang muncul sebelum pengunjung membaca 30% halaman biasanya justru menurunkan konversi.
Solusi:
- Gunakan scroll trigger untuk memunculkan CTA di bagian bawah
- Gunakan delay (misalnya setelah 15–20 detik)
- Atau munculkan setelah pengunjung melakukan interaksi (klik, scroll, hover)
Biarkan pengunjung merasa “siap” sebelum diajak bertindak.
Sesuaikan CTA dengan Tahapan Journey Pengunjung
Tidak semua pengunjung siap membeli. Beberapa mungkin baru tahu brand Anda, dan butuh informasi lebih dulu.
Gunakan CTA sesuai tahap:
- Awareness: “Pelajari Selengkapnya”, “Lihat Demo”
- Consideration: “Baca Testimoni”, “Unduh Panduan”
- Decision: “Daftar Sekarang”, “Pesan Gratis Konsultasi”
Dengan begitu, CTA terasa relevan, bukan memaksa.
5. Buat CTA Menonjol, Tapi Tidak Mengganggu
Desain CTA harus menarik perhatian, tapi tetap menyatu dengan layout. Gunakan warna kontras dari background, namun tetap selaras dengan palet warna brand Anda.
Tips visual:
- Gunakan ruang putih di sekitar tombol
- Gunakan animasi halus (hover effect) untuk menambah interaksi
- Pastikan ukuran tombol pas untuk desktop & mobile
CTA yang terlalu mencolok bisa dianggap “spammy”, sedangkan CTA yang terlalu halus bisa tidak terlihat sama sekali.
Letakkan CTA di Tempat Strategis
Berikut titik-titik ideal penempatan CTA:
- Di header (atas halaman)
- Setelah penjelasan fitur utama
- Setelah testimoni pelanggan
- Di akhir konten
- Sebagai floating button di pojok layar (khusus mobile)
Tapi ingat: jangan menaruh CTA terlalu banyak dalam satu halaman. Fokus pada satu CTA utama dan maksimalkan efeknya.
Uji A/B untuk Menemukan Versi Terbaik
CTA adalah elemen yang sangat cocok untuk eksperimen. Uji:
- Teks berbeda (“Coba Sekarang” vs “Lihat Demo Gratis”)
- Warna tombol
- Posisi tombol
- Waktu muncul pop-up
Gunakan tools seperti Google Optimize, VWO, atau fitur A/B testing dari platform Webklik.
Data akan memberi tahu CTA mana yang paling efektif, bukan asumsi.
Kesimpulan
CTA yang cerdas adalah yang mampu mempengaruhi tanpa memaksa. Ia muncul pada saat yang tepat, dengan bahasa yang menyentuh kebutuhan, dan tampilan yang mengundang klik.
Dengan teknik yang tepat, CTA Anda bisa berubah dari sekadar tombol menjadi mesin penggerak konversi.
Dan jika Anda ingin membangun website dengan CTA yang sudah dirancang secara strategis dari posisi, teks, hingga timing Webklik punya semua tools-nya. Website Anda bukan hanya tampil keren, tapi juga menggerakkan.