Bayangkan pengguna membuka halaman akun mereka, lalu melihat layar kosong bertuliskan: “Tidak ada data.” Tanpa arahan. Tanpa visual. Tanpa konteks.
Sebagai pengguna, apa yang Anda rasakan?
Kebingungan? Kekecewaan? Atau langsung menutup tab?
Inilah pentingnya empty state bagian dari desain UX yang sering luput dari perhatian, padahal sangat menentukan first impression, retensi pengguna, hingga konversi.
Empty state bukan sekadar tampilan “tidak ada data”. Ia adalah peluang untuk mengarahkan, menyemangati, bahkan memikat pengguna agar tetap terlibat.
Apa Itu Empty State dan Di Mana Saja Ia Muncul?
Empty state adalah kondisi saat sistem belum punya data untuk ditampilkan. Contohnya:
- Akun baru yang belum punya riwayat transaksi
- Hasil pencarian yang kosong
- Wishlist yang belum diisi
- Dashboard yang masih kosong karena belum ada input
Saat ini terjadi, pengguna sering merasa seperti “tersesat” di ruang hampa.
Desain empty state yang baik bertugas untuk:
- Menjelaskan kenapa halaman kosong
- Memberi tahu apa yang bisa dilakukan pengguna selanjutnya
- Menjaga tone brand agar tetap positif dan ramah
Kenapa Empty State Harus Didisain dengan Serius?
- First Impression
Banyak pengguna membuka akun baru atau halaman fitur untuk pertama kali—dan yang mereka lihat adalah empty state. Ini momen krusial yang akan menentukan apakah mereka lanjut atau pergi. - Momen Emosional
Saat tidak menemukan hasil (misal: pencarian kosong), pengguna sedang mengalami “kekecewaan kecil”. Tugas empty state adalah mengubah kekecewaan itu jadi arahan, atau bahkan senyuman. - Peluang Edukasi
Alih-alih membiarkan pengguna bingung, Anda bisa memanfaatkan empty state untuk memberi tutorial, tips, atau CTA yang relevan.
Cara Mendesain Empty State yang Memberdayakan
Gunakan Bahasa yang Ramah dan Solutif
Hindari pesan kaku seperti:
“No Data Found”
Ganti dengan:
“Ups! Kami belum menemukan apa pun di sini. Coba kata kunci lain atau lihat rekomendasi kami.”
Tambahkan Ilustrasi atau Visual Ringan
Ilustrasi sederhana bisa memperkuat emosi positif. Jangan pakai icon tanda seru merah besar—itu seperti berteriak ke pengguna. Gunakan ilustrasi yang lembut dan relevan dengan konteks.
Sisipkan CTA yang Mendorong Aksi
Jangan biarkan pengguna terhenti. Beri mereka jalan keluar:
- “Tambahkan Produk Pertama Anda”
- “Cari Artikel di Blog Kami”
- “Kembali ke Beranda”
CTA ini bukan hanya navigasi, tapi juga bentuk perhatian.
Kontekstual dan Tidak Generik
Empty state harus menyesuaikan konteks halaman.
Contoh:
- Di halaman keranjang kosong: “Keranjangmu masih kosong. Yuk, mulai belanja!”
- Di dashboard laporan: “Belum ada laporan karena kamu belum menambahkan transaksi.”
Responsif dan Mobile-Friendly
Pastikan pesan dan visual tetap rapi dan mudah dibaca di semua ukuran layar.
Kesimpulan
Empty state adalah titik sunyi yang penuh potensi. Di saat pengguna menemukan “ketiadaan”, Anda bisa hadir memberi arah. Saat kompetitor hanya diam saat halaman kosong, Anda bisa jadi brand yang tetap menyapa, mengarahkan, bahkan menyemangati.
Kalau Anda ingin membangun website yang menyeluruh bukan hanya dari sisi konten dan fitur, tapi juga dari detail mikro yang membentuk pengalaman utuh Webklik siap bantu. Kami percaya bahwa UX terbaik dibangun dari hal-hal kecil yang paling berdampak. Kunjungi webklik.id dan mulai desain pengalaman digital yang lebih manusiawi.